Kasus Nyata Akibat Tidak Memiliki Guru. Imam Abu Hayyan al-Andalusi; salah seorang Imam ahli Tafsir, penulis Tafsir al-Bahr al-Muhith, dalam untaian bait-bait syair-nya menuliskan sebagai berikut:
يَظُنُّ الغُمْرُ أنّ الكُتْبَ تَهْدِيْ # أخَا جَهْلٍ لإدْرَاكِ العُلُوْمِ
ومَا يَدْرِي الْجَهُوْلُ بأنّ فيْهَا # غَوَامِضَ حَيَّرَتْ عَقْلَ الْفَهِيْمِ
إذَا رُمْتَ الْعُلُوْمَ بِغَيْرِ شَيْخٍ # ضَلَلْتَ عَنِ الصّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ
وَتَشْتَبِهُ الأمُوْرُ عَليكَ حَتّى # تَصِيْرَ أضَلّ مِنْ تُوْمَا الْحَكِيْمِ
Baca juga: Kebiasaan Kaum Musyabbihah Melakukan Reduksi Terhadap Karya-Karya Para Ulama Ahlussunnah
“Orang lalai mengira bahwa kitab-kitab dalapat memberikan petunjuk kepada orang bodoh untuk meraih ilmu…”
“Padahal orang bodoh tidak tahu bahwa dalam kitab-kitab tersebut ada banyak pemahaman-pemahaman sulit yang telah membingungkan orang yang pintar”.
“Jika engkau menginginkan (meraih) ilmu dengan tanpa guru maka engkau akan sesat dari jalam yang lurus”.
“Segala perkara akan menjadi rancu atas dirimu, hingga engkau bisa jadi lebih sesat dari orang yang bernama Tuma al-Hakim”[1].
Baca buku: Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat dan Tanpa Arah
Tuma al-Hakim adalah seorang tabib (dokter) yang dalam praktek pengobatannya hanya berdasar buku belaka. Suatu hari ia mendapati sebuah redaksi hadits berbunyi; “al-Habbah as-Sawda’ Syifa’ Likulli Da’”. Namun Tuma al-Hakim mendapati huruf ba’ pada kata al-habbah dengan dua titik; menjadi ya’, karena kemungkinan salah cetak, maka ia membacanya menjadi al-Hayyah as-Sawda’. Tentu maknanya berubah total, semula makna yang benar adalah “Habbah Sawda’ (jintan hitam) adalah obat dari segala penyakit”, berubah drastis menjadi “Ular hitam adalah obat bagi segala penyakit”. Akibatnya, Tuma al-Hakim telah membunuh banyak orang karena “kebodohannya”, mereka mati terkena bisa ular ganas yang ia anggapnya sebagai obat.
_____________
[1] Hasyiyah Ibn Hamdun Syarh Bahriq Ala Lmiyah al-Af’al, h. 44