Minggu, September 24, 2023
spot_img
BerandaBukti Kebenaran Aqidah Asy'ariyyahMeluruskan Tuduhan Terhadap al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari Dan Ajarannya

Meluruskan Tuduhan Terhadap al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari Dan Ajarannya

Kedustaan Kaum Mu’tazilah dan Kaum Mujassimah Terhadap al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari

Para ahli bid’ah telah banyak berusaha dalam menyisipkan kebohongan-kebohongan dan faham-faham palsu atas karya-karya ulama Ahlussunnah, tidak terkecuali terhadap karya-karya al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari. Mereka menyisipkan keyakinan-keyakinan yang sama sekali tidak pernah diyakini, di ajarkan atau dituliskan oleh beliau dalam karya-karyanya. Banyak ulama Ahlussunah yang telah membersihkan al-Imâm al-Asy’ari dari kedustaan-kedustaan tersebut, di antaranya al-Imâm al-Ustâdz Abu Nashr al-Qusyairi dengan risalahnya berjudul Syikâyah Ahl as-Sunnah Bi Hikâyah Ma Nâlahum Min al-Mihnan. Secara detail risalah ini dikutip oleh al-Imâm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah. Termasuk di antara yang juga membela al-Imâm al-Asy’ari dari berbagai kedustaan tersebut adalah al-Imâm Abu Bakar al-Bayhaqi dalam suratnya yang beliau tujukan kepada al-Wazir al-Amid al-Kandari. Risalah ini secara detail juga dikutip oleh al-Imâm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah.

Di antara orang yang telah melakukan kedustaan besar terhadap al-Imâm Abul Hasan yang bahkan menyamakannya dengan Jahm ibn Shafwan (pemimpin kaum Jahmiyyah) adalah Ibn Hazm dalam karyanya berjudul al-Milal Wa an-Nihal. Ibn Hazm ini sangat benci terhadap al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari, hal ini sebagaimana  telah dituliskan oleh al-Imâm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah, sebagai berikut:

وهذا ابن حزم رجل جرى بلسانه متسرع إلى النقل بمجرد ظنه هاجم على أئمة الإسلام بألفاظه وكتابه هذا الملل والنحل من شر الكتب وما برح المحققون من أصحابنا ينهون عن النظر فيه لما فيه من الإزراء بأهل السنة ونسبة الأقوال السخيفة إليهم من غير تثبت عنهم والتشنيع عليهم بما لم يقولوه وقد أفرط في كتابه هذا في الغض من شيخ السنة أبي الحسن الأشعري وكاد يصرح بتكفيره في غير موضع وصرح بنسبته إلى البدعة في كثير من المواضع وما هو عنده إلا كواحد من المبتدعة، والذي تحققته بعد البحث الشديد أنه لا يعرفه ولا بلغه بالنقل الصحيح معتقده وإنما بلغته عنه أقوال نقلها الكاذبون عليه فصدقها بمجرد سماعه إياها ثم لم يكتف بالتصديق بمجرد السماع حتى أخذ يشنع، وقد قام أبو الوليد الباجي وغيره على ابن حزم بهذا السبب وغيره وأخرج من بلده وجرى له ما هو مشهور في الكتب من غسل كتبه وغيره. اهـ

“Ibn Hazm ini adalah orang yang sangat nekad dengan ucapan-ucapannya, dan sangat cepat menghukumi dengan hanya adanya prasangka-prasangka pada dirinya. Para ulama dari madzhab kita (madzhab asy-Syafi’i) sudah sejak lama melarang membaca buku-buku karyanya. Karena karya-karyanya tersebut banyak dipenuhi dengan kedustaan-kedustaan terhadap para ulama Ahlussunnah. Banyak menyisipkan perkataan-perkataan sesat atas nama mereka tanpa sedikitpun mengukur klaimnya tersebut. Dia banyak mencaci-maki mereka karena pendapat-pandapat rusak yang mereka sendiri tidak pernah mengatakannya. Dalam bukunya; al-Milal Wa an-Nihal ia dengan nyata telah menyesatkan Imam Ahlussunnah; al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari. Bahkan dalam banyak bagian dari buku tersebut ia hampir terang-terangan mengatakan bahwa al-Imâm Abul Hasan seorang yang kafir. Dalam banyak bagian bukunya ini ia mengatakan bahwa al-Imâm Abul Hasan telah melakukan berbagai bid’ah. Dalam pandangan Ibn Hazm al-Imâm Abul Hasan ini tidak lain hanyalah seorang pelaku bid’ah. Namun setelah saya meneliti secara cermat, saya menemukan bahwa Ibn Hazm ini adalah orang yang tidak mengenal siapa al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari. Berita tentang kepribadian al-Imâm Abul Hasan yang sampai kepadanya adalah berita-berita yang tidak benar. Ia hanya mendengar perkataan para pendusta yang kemudian ia membenarkan mereka. Anehnya ternyata bagi Ibn Hazm tidak cukup dengan hanya membenarkan saja, namun ia juga manambahkannya dengan berbagai cacian. Karena itu, Syekh Abu al-Walid al-Baji, juga ulama terkemuka lainnya, telah membuat berbagai bantahan atas Ibn Hazm ini, yang dengan sebab itu Ibn Hazm kemudian dikeluarkan dari negaranya, hingga terjadi beberapa peristiwa (buruk) menimpanya yang telah dicatat dalam sejarah, termasuk di antaranya pembersihan atas tulisan-tulisannya serta peristiwa lainnya”[1].

al-‘Allâmah Arabi at-Taban dalam Barâ-ah al-Asy’ariyyîn menuliskan bahwa perkataan buruk Ibnu Hazm tentang al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari ini tidak ubahnya seperti seekor kambing yang menyeruduk batu keras dan besar untuk menghancurkannya (artinya sama sekali tidak berpengaruh). Ibnu Hazm ini tidak hanya mencaci maki al-Imâm Abul Hasan, namun ia juga melakukan hal yang sama terhadap para ulama agung lainnya. Karena itu Abu al-Abbas ibn al-Arif, seorang ulama terkemuka di wilayah Andalusia, berkata: “(Kebuasan) Pedang al-Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi dan (kebuasan) lidah Ibnu Hazm terhadap umat ini adalah laksana dua orang bersaudara”. Padahal Ibnu Hazm sendiri adalah seorang yang bingung dan rusak akidahnya. Dalam masalah sifat-sifat Allah ia menafikannya; ia persis mengambil faham Mu’tazilah. Bahkan dalam akidah ini ia memiliki kesesatan-kesesatan yang sangat banyak. Di antara perkara yang paling buruk dari antara itu semua, yang ia ungkapkan sendiri dalam bukunya al-Milal Wa an-Nihal, ialah bahwa boleh saja bagi Allah untuk mengambil seorang anak. Dalam menetapkan keyakinan rusaknya ini ia bersandar kepada firman Allah dalam QS. az-Zumar: 4: ”Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang Telah diciptakan-Nya”.[2]

Adapun kesesatan Ibnu Hazm dalam masalah furû’ maka sangat banyak sekali. Buku karyanya berjudul “al-Muhallâ” yang dikagumi oleh orang-orang lalai dan bodoh mencakup berbagai penyimpangan dalam masalah furû’. Karena itu, buku al-Muhallâ ini, juga karya-karyanya yang lain telah dibantah oleh para ulama Maghrib (Maroko). Mereka menamakan buku “al-Muhallâ” (semula maksudnya; “Sebuah buku yang dihiasi dengan kebenaran”); mereka rubah menjadi nama “al-Mukhallâ” (artinya; “buku yang sama sekali tidak mengandung kebenaran”).

Di antara kitab karya para ulama sebagai bantahan atas buku Ibnu Hazm ini adalah kitab berjudul al-Mu’allâ Fi ar-Radd ‘Alâ al-Muhallâ karya salah seorang ulama terkemuka; al-‘Allâmah asy-Syaikh Muhammad ibn Zarqun al-Anshari al-Isybili (w 721 H). Sebuah kitab yang sangat representatif dalam mengungkap kesesatan-kesesatan Ibnu Hazm.

Termasuk juga yang telah membantah kesesatan Ibnu Hazm dengan berbagai argmen kuat adalah asy-Syaikh Abu al-Walid al-Baji, yang karena jasa besar beliau ini Ibnu Hazm menjadi sosok yang tidak memiliki nilai sama sekali bagi orang-orang Maghrib secara khusus, dan para ulama wilayah timur secara umum”[3].

______________

[1] Tajuddin as-Subki, Thabaqât asy-Syâfi’iyyah, j. 1, h. 62

[2]  Arabi at-Taban, Barâ-ah al-Asy’ariyyîn, j. 1, h. 64

[3] Arabi at-Taban, Barâ-ah al-Asy’ariyyîn, j. 1, h. 63-64

Kholil Abou Fatehhttps://nurulhikmah.ponpes.id
Dosen Pasca Sarjana PTIQ Jakarta dan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hikmah Tangerang
RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Most Popular

Recent Comments

×

 

Assalaamu'alaikum!

Butuh informasi dan pemesanan buku? Chat aja!

× Informasi dan Pemesanan Buku