Al Hafizh Abdurrahman ibn al Jawzi menyebutkan sebuah kisah dalam kitab Al Wafa Bi Ahwal al Mushthafa” (kisah ini juga dituturkan oleh al Hafizh adl-Dliya’ al Maqdisi) bahwa Abu Bakr al Minqari berkata:
“Aku, ath-Thabarani dan Abu asy-Syaikh berada di Madinah. Kami dalam suatu keadaan hingga rasa lapar melilit perut kami, pada hari itu kami tidak makan apapun. Ketika tiba waktu Isya’, aku mendatangi makam Rasulullah dan mengadu: “Yaa Rasulallah, al Juu’ al Juu’ (Wahai Rasulullah! lapar…lapar)”, lalu aku kembali ke tempatku semula. Abu as-Syaikh berkata kepadaku: “Duduklah, mungkin akan ada rizqi Allah, atau kalau tidak mungkin kita akan mati di sini”. Kemudian aku dan Abu asy-Syaikh beranjak hendak tidur, sedangkan ath-Thabarani duduk melihat sesuatu. Tiba-tiba datanglah seorang ‘Alawi (sebutan bagi orang yang memiliki garis keturunan dengan Ali dan Fatimah) lalu ia mengetuk pintu dan ternyata ia ditemani oleh dua orang pembantu yang masing-masing membawa wadah besar yang dipenuhi makanan. Ia menghidangkan seluruh makanan tersebut bagi kami. Maka kami duduk lalu makan. Kami mengira sisa makanan akan diambil oleh pembantu tersebut, tapi ternyata ia meninggalkan kami dan membiarkan sisa makanan itu ada pada kami. Setelah kami selesai makan, ‘Alawi itu berkata: “Wahai kaum, apakah kalian mengadu kepada Rasulullah?, sesungguhnya aku tadi mimpi melihat beliau dan beliau menyuruhku untuk membawakan sesuatu kepada kalian”.
Baca juga: Dzunnun; Mereka Malu Berkata “Saya Tidak Tahu”
MasyaAllah… Allahummarzuqna Ra’yata Hadza an-Nabyy al-Karim.. Amin…
Dalam kisah ini, secara jelas tersurat bahwa menurut tiga orang tersebut mendatangi makam Rasulullah untuk Istighotsah di sana adalah perbuatan yang boleh dan baik. Siapapun mengetahui bahwa mereka bertiga, terutama Imam ath-Thabarani yang seorang ahli hadits ternama, adalah ulama-ulama besar. Kisah ini dinukil oleh para ulama terkemuka, termasuk oleh ulama madzhab Hanbali dan lainnya. Tiga orang terkemuka ini di mata orang-orang Islam adalah Muwahhidun (Ahli Tauhid), bahkan merupakan tokoh-tokoh besar di kalangan para Ahli Tauhid, sedangkan di mata orang-orang anti tawassul mereka dianggap sebagai ahli bid’ah dan syirik.. Hasbunallah.