Minggu, September 24, 2023
spot_img
BerandaTasawufSirri as-Saqthi: Saya Beristighfar Meminta Ampun Kepada Allah Karena Mengucapkan Lafazh “al-Hamdulillah”

Sirri as-Saqthi: Saya Beristighfar Meminta Ampun Kepada Allah Karena Mengucapkan Lafazh “al-Hamdulillah”

Sirri as-Saqthi [1]

Beliau bernama Sirri al-Mughallis al-Saqthi, memiliki kunyah Abu al-Hasan. Sirri as-Saqthi adalah murid Ma’ruf al-Karkhi, dan paman dari pihak ibu sekaligus guru dari al-Junaid al-Baghdadi. Beliau adalah di antara sufi terdepan di masanya dalam sikap wara’, pemegang teguh sunnah-sunnah Rasulullah dan seorang ahli tauhid terkemuka.

Bin Masruq meriwayatkan bahwa Sirri as-Saqthi, sebelum memasuki medan tasawuf, adalah seorang pedagang di sebuah pasar. Suatu hari datang Ma’ruf al-Karkhi kepadanya sambil membawa seorang anak kecil yang telah menjadi yatim, meminta Sirri as-Saqthi untuk memberikan pakaian kepada anak yatim tersebut. Setelah diberikan pakaian Ma’ruf al-Karkhi sangat senang, seraya berkata mendoakan Sirri as-Saqthi: “Semoga Allah menjadikanmu seorang yang membenci dunia dan menenangkan dirimu dari kesibukan ini”. Semenjak itu kemudian Sirri as-Saqthi meninggalkan kesibukan duniawi dan konsentrasi dalam ibadah kepada Allah. Tentang hal ini beliau berkata: “Tidak ada suatu apapun yang lebih aku benci dari pada dunia. Dan seluruh apa yang telah aku raih –dalam tingkatan tasawuf– adalah karena berkah Ma’ruf al-Karkhi”.

Mujâhadah Sirri as-Saqthi dalam ibadah kepada Allah digambarkan oleh al-Junaid al-Baghdadi dalam pernyataannya: “Saya tidak pernah melihat orang yang lebih ‘âbid dari pada Sirri as-Saqthi. Dalam umurnya yang hingga 98 tahun ia tidak pernah terlihat membaringkan badanya, kecuali saat sakit menjelang wafatnya”.

Baca juga: Dusta Wahabi Atas Nama Imam Syafi’i Tentang Tasawwuf

Di antara sikap wara’ dan zuhud Sirri as-Saqthi, diriwayatkan bahwa beliau sendiri berkata: “Selama tiga puluh tahun saya beristighfar meminta ampun kepada Allah hanya karena aku mengucapkan lafazh “al-Hamdulillâh”. Ketika ditanya apa yang menyebabkannya demikian? Beliau menjawab: “Suatu ketika di Baghdad terjadi kebakaran besar yang menghancurkan banyak rumah dan toko-toko orang Islam. Kemudian seseorang datang menghampiriku berkata: Tokomu selamat tidak terbakar. Lalu aku megusapkan: al-Hamdulillâh…!. Dari semenjak itu hingga 30 tahun sekarang ini aku terus menyesali ucapanku tersebut. Karena dalam ucapanku itu aku telah mengharapkan kebaikan bagi diriku sendiri di saat musibah menimpa orang-orang Islam”.

Dalam kesempatan lain, di antara yang menunjukkan sikap tawadlu’-nya, Sirri as-Saqthi pernah berkata: “Aku berharap agar meningggal di luar kota Baghdad karena aku khawatir bila mati di Baghdad tanah kota ini tidak mau menerimaku hingga terlihatlah aibku oleh seluruh manusia”.

Suatu hari Sirri as-Saqthi berkata kepada al-Junaid al-Baghdadi: “Aku tahu jalan yang pendek menuju surga”. Al-Junaid bertanya: “Apakah itu?”. Sirri as-Saqthi menjawab: “Jangan minta suatu apapun kepada orang lain, jangan mengambil suatu apapun dari orang lain, dan jangan memiliki suatu apapun hingga engkau harus memberi kepada orang lain”.

Di antara nasehat as-Sirri as-Saqthi mengatakan: “Barang siapa menginginkan keselamatan agamanya, tenang jiwanya, dan sedikit keresahannya maka hendaklah ia menghindari manusia. Karena sekarang ini adalah masa untuk ‘uzlah”. Beliau juga berkata: “Seorang yang memiliki kekuatan basar adalah dia yang dapat mengalahkan nafsunya. Seorang yang tidak mempu mengendalikan dirinya sendiri maka ia lebih tidak mampu untuk mengendalikan orang lain”. Juga berkata: “Di antara tanda-tanda seorang hamba yang tertipu adalah orang yang tidak mampu mengenali abinya sendiri, sementara ia dapat mngenali aib orang lain”. Juga berkata: “Ada tiga tanda murka Allah atas seorang hamba; bila orang tersebut banyak bermain, banyak mengolok-olok, dan banyak membicarakan keburukan orang lain (ghîbah)”.

Sirri as-Saqthi wafat pada tahun 253 Hijriah atau 867 Masehi. Pendapat lain mengatakan tahun 251 Hijriah. Dimakamkan di Baghdad, hingga sekarang makamnya banyak diziarahi orang-orang Islam.

Amaddanâ Allah Min Amdâdih.

______________________

[1]Biografi Sirri as-Saqthi lebih lengkap lihat al-Qusyairi, ar-Risâlah, h. 417-419, Abu Nu’aim, Hilyah, j. 10, h. 119-132, al-Khathib al-Baghdadi, Târikh, j. 9, h. 186, Bin al-Jauzi, Shafwah, j. 2, h. 209, asy-Sya’rani, ath-Thabaqât, j. 1, h. 86-87. adz-Dzahabi, Siyar, j. 12, h. 185, Bin al-‘Imad, Syadzarât, h. 2, h. 127, al-Asqalani, Lisân,j. 3, h. 13-14, as-Sulami, Thabaqât, h. 51-58

Kholil Abou Fatehhttps://nurulhikmah.ponpes.id
Dosen Pasca Sarjana PTIQ Jakarta dan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hikmah Tangerang
RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Most Popular

Recent Comments

×

 

Assalaamu'alaikum!

Butuh informasi dan pemesanan buku? Chat aja!

× Informasi dan Pemesanan Buku