Dalam literatur Islam diceritakan tentang banyak wanita salehah yang menjunjung tinggi keimannya, salah satunya adalah Ummu Sulaim. Beliau menjunjung tinggi agama dan keimannya, dan bertaruh atas apapun yang ia cintai di bawah iman dan agama.
Diceritakan bagaimana Ummu Sulaim memendam rasa cinta terhadap seorang kafir bernama Abu Thalhah. Cintanya memang tak bertepuk sebelah tangan, Abu Thalhah bahkan lebih dulu mencintai Ummu Sulaim dan akhirnya datang untuk meminangnya, yang mana ketika itu Abu Thalhah termasuk orang yang paling kaya diantara para sahabat.
Namun dengan sopan dan penuh rasa hormat, Ummu Sulaim berkata: “Sesungguhnya aku tidak pantas menolak orang yang sepertimu, wahai Abu Thalhah. Tapi sungguh, engkau seorang kafir dan aku Muslimah. Maka tak pantas bagiku menikahimu, dan tahukah anda apa yang paling aku inginkan?”. Abu Thalhah pun menjawab: “Kau menginginkan emas dan perak,” Mendengar itu, Ummu Sulaim dengan tegas menjawab, “Tak ada sedikit pun keinginanku tentang itu (emas dan perak). Yang aku inginkan adalah engkau dapat memeluk agama Islam,”.
Lalu kemudian Abu Thalhah pun tergugah. Dia lantas bertanya kepada Ummu Sulaim ke mana hendak dia pergi untuk dibimbing mempelajari Islam. Ummu Sulaim pun Berkata, “Aku yang akan membimbing anda untuk masuk kedalam agama Islam, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat,” maka seketika itu juga Abu Thalhah mengucapkannya.
Baca juga: Cinta Sahabat Umar bin al-Khattab Terhadap Rasulullah
Dari sana kemudian Abu Thalhah masuk Islam berkat keteguhan iman Ummu Sulaim. Rasa cinta dan tawaran harta tak membuat imannya bergeser seinci pun dari Islam. Justru berkat keteguhan imannya, Abu Thalhah masuk Islam dan meminangnya.
Sejak saat itu tidak ada mahar terbesar yang dicatat sejarah yang melebihi mahar Ummu Sulaim, karena pada hakikatnya tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari Islam.
Islam adalah kenikmatan terbesar yang Allah berikan kepada hambanya, dalam sebuah hadits Rasúlulláh bersabda:
إِنَّ اللهَ يُعْطِى المَالَ لِمَنْ يُحِبُّ وَلِمَنْ لاَ يُحِبُّ, وَلَا يُعْطِى الإِيْمَانَ إِلَّا لِمَنْ يُحِبُّ
“Sesungguhnya Allah memberikan hatra bagi siapapun yang Allah cintai dan tidak Allah cintai, akan tetapi Allah tidak memberikan keimanan kecuali bagi orang yang Allah cintai”.
Oleh karena itu diantara tanda kecintaan Alláh terhadap hamba-Nya, Alláh jadikan dia seorang yang beriman dan mengikuti apa yang Rasúlulláh ajarkan dengan seutuhnya.